Surat Bukti Kepedulian Untuk ANDA
Peduli
dengan kondisi lingkungan yang ada di sekitar menunjukkan suatu bukti
bahwasannya kita merupakan bagiaan dari lingkungan itu. Sebagaimana Rasulullah
mengingatkan kita bahwa orang yang tidak peduli dengan kondisi atau
permasalahan yang dihadapi oleh suatu ummat maka orang tersebut bukanlah bagian
dari masyarakat itu. Dan belum bisa dikatakan baik keislaman seseorang apabila
mana kala ia masih suka meninggalkan kewajiban amal ma’ruf nahi munkar, meski
dirinya sendiri telah bayak berbuat kebaikan, coba kita ingat lagi akan firman
Allah SWT pada surat Al-‘ashr
“Demi masa. Sesungguhnya
manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. “
Di
samping kita beriman dan mengerjakan amal shaleh yang merupakan kebaikan untuk
diri kita masing-masing, agama islam yang mulia ini juga menuntun kita untuk
bisa hidup bersosial atau bermasyarakat demi terciptanya sebuah tatanan
masyarakat yang madani dan jauh dari kemunduran apalagi keterbelakangan. Salah
satu caranya adalah dengan nasehat- menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Nasehat- menasehati
merupakan bukti kepedulian akan sebuah keharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakan berbangsa dan bernegara. Menunjukkan akan sebuah kebenaran yang
mungkin orang lain belum tahu, lupa atau bahkan melalaikan akan sebuah
kebenaran. Nasehat- menasehati sebagai bukti cinta dan perhatian seseorang
terhadap yang lainnya.
Tak selamanya sebuah nasehat
itu lansung disampaikan melalui lisan namun mungkin juga dengan sebuah surat,
sebagaimana Nabi sulaiman AS pernah memberikan sebuah surat yang berisi nasehat
dan peringatan kepada kerajaan ratu Balkis yang melakukan penyembahan kepada
selain Allah. Sehingga akhirnya kerajaan ratu balkis bisa kembali kepada jalan
yang di redhoi Allah. Dan inilah sebuah surat bukti kepedulian seoarang imam
dan da’i pada awal-awal abad 19 , Kairo, Rajab 1336H.Tempat dan tanggal
sebuah surat yang ditulis oleh Hasan Al- Banna.
“ Kami
persembahkan surat ini kepada tuan yang mulia, dengan keinginan yang sangat
untuk ikut memberi bimbingan kepada umat; Allah SWT. Telah membebankan urusan
mereka ke pundak anda di zaman ini. Suatu bimbingan yang kiranya dapat
mengarahkan umat di atas sebaik-baik jalan; sebuah jalan yang yang di bangun
oleh sebaik-baik sistem hidup, yang bersih dari kerancuan dan jauh dari ketidak
pastian. Lebih dari itu, ia adalah jalan hidup yang telah teruji oleh sejarah
yang panjang.
Kami
tidak mengharap apapun dari anda. Cukuplah bahwa dengannya berarti kami telah
menunaikan kewajiban dan mempersembahkan kepada anda sebuah nasehat. Sungguh
pahala Allahlah yang lebih baik dan lebih kekal”.
Sepenggal
surat yang ditulisnya cukuplah menggambarkan akan kepedulian seorang muslim
terhadap bangsa dan umat islam. Selayaknyalah bagi seorang pemimpin mampu
bersikap amanah terhadap amanah yang di embankan kepadanya. Alangkah mulianya
seseorang, jika ia bersikap amanah dan bertanggung jawab, dan mau memikirkan
umat dan rakyatnya. Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh
orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai,
berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang
yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan
kesungguh-sungguhan dan kekuatan tekad. Nasehat dan kebenaran pun mereka terima
dan lakukan dengan kesungguhan, yang merupakan bukti ke tawadhu’an seorang hamba Allah. Ia menyadari dengan
seenuh hati bahwa disamping mereka bekerja dalam kebaikan ada jaga orang lain
yang bekerja untuk kebaikan dan kemajuan, Namun kebatilan pun dibela dengan
sungguh-sungguh oleh para pendukungnya, oleh karena itulah Ali bin Abi Thalib
ra menyatakan : “Al-haq yang tidak ditata dengan baik akan dikalahkan oleh
Al-bathil yang tertata dengan baik”.
Adakah
mereka itu sekarang? Apakah anda orangnya?
Banyak
yang menjadi sombong ketika amanah itu
berada padanya, tidak kenal lagi dengan fitrah dan fungsinya lagi, bahkan
parameter kebenaranpun sudah tidak sesuai lagi dengan hati nurani. Hukum
seolah-olah tak berdaya menyatakan kebenaran, kebenaran pun kini menjadi milik
kaum mayoritas dan sekelompok oknum yang berkepetingan. Kemudian kita lihat
lagi bagaimana
mereka menyelesaikan masalah antar mereka? Bakar rumah, tebang pohon
bermil-mil, hancurkan hutan demi kepentingan pribadi dan keluarga, tawuran antar
warga atau anggota lembaga tinggi negara, bisniskan hukum, jual bangsa kepada
bangsa asing dan rentenir dunia. Berjuta pil pembunuh mengisi kekosongan hati
ini. Berapa lagi bayi lahir tanpa status bapak yang syar’i? Berapa lagi rakyat
yang
menjadi
keledai tunggangan para politisi bandit? Berapa banyak lagi ayat-ayat dan pesan
dibacakan sementara hati tetap membatu? Berapa banyak kurban berjatuhan
sementara sesama saudara saling tidak peduli? Sebagai generasi baru, apakah tradisi ini yang
akan kita lanjutkan dan kita warisi? Dengan tegas mari katakan tidak. Sudah
cukup kiranya bangsa ini terluka.
Mari
kita lihat kembali bagai mana generasi muda islam masa lalu. Kepedulian akan
masalah umat sangatlah mereka perhatiakan, jabatan hanyalah sebagai alat bagi
mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mereka tahu bahwa setiap
pemimpin akan diminta pertangguang jawabannya atas apa yang dia pimpin. Betapa
amanahnya seorang Umar bin Katab r.a “ seandainya seekor kambing di Irak
terpeleset kakinya maka aku menganggap dirikulah yang harus bertanggung jawab
kepada Allah. Mengapa Aku tidak Buatkan jalan Untuknya?”
Umar bin
khatab juga menggambarkan tentang betapa agungnya tanggung-jawab dengan sebuah
ungkapan, “ saya sudah cukup senang jika saya dapat keluar dari dunia ini
dengan impas; tidak mendapat dosa dan tidak pula di beri pahala”.
Semoga
menjadi panutan bagi kita semua yang rindu akan sebuah keadailan dan
kesejahteraan di bumi Allah ini. Tetap teguh dalam menegakkan sebuah kebenaran.
Abu Bakar As-siddiq menggambarkan bahwa
apabila ada seribu orang yang bersungguh-sungguh memperjuangkan agama
Allah atau sebuah kebenaran maka Akulah Salah-satunya, apabila ada seratus
orang yang bersungguh-sungguh memperjuangkan agama Allah atau sebuah kebenaran
maka Akulah Salah-satunya, apabila ada sepuluh orang yang bersungguh-sungguh
memperjuangkan agama Allah atau sebuah kebenaran maka Akulah Salah-satunya, dan
apabila ada seorang saja yang bersungguh-sungguh memperjuangkan agama Allah
atau sebuah kebenaran maka Akulah Satu-satunya, tetaplah semangat dan luruskan
niat untuk mencapai sebuah kebahagiaan yang hakiki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar