Selasa, 17 April 2012


Surat Bukti Kepedulian Untuk ANDA
Peduli dengan kondisi lingkungan yang ada di sekitar menunjukkan suatu bukti bahwasannya kita merupakan bagiaan dari lingkungan itu. Sebagaimana Rasulullah mengingatkan kita bahwa orang yang tidak peduli dengan kondisi atau permasalahan yang dihadapi oleh suatu ummat maka orang tersebut bukanlah bagian dari masyarakat itu. Dan belum bisa dikatakan baik keislaman seseorang apabila mana kala ia masih suka meninggalkan kewajiban amal ma’ruf nahi munkar, meski dirinya sendiri telah bayak berbuat kebaikan, coba kita ingat lagi akan firman Allah SWT pada surat Al-‘ashr
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. “   
Di samping kita beriman dan mengerjakan amal shaleh yang merupakan kebaikan untuk diri kita masing-masing, agama islam yang mulia ini juga menuntun kita untuk bisa hidup bersosial atau bermasyarakat demi terciptanya sebuah tatanan masyarakat yang madani dan jauh dari kemunduran apalagi keterbelakangan. Salah satu caranya adalah dengan nasehat- menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Nasehat- menasehati merupakan bukti kepedulian akan sebuah keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakan berbangsa dan bernegara. Menunjukkan akan sebuah kebenaran yang mungkin orang lain belum tahu, lupa atau bahkan melalaikan akan sebuah kebenaran. Nasehat- menasehati sebagai bukti cinta dan perhatian seseorang terhadap yang lainnya.
Tak selamanya sebuah nasehat itu lansung disampaikan melalui lisan namun mungkin juga dengan sebuah surat, sebagaimana Nabi sulaiman AS pernah memberikan sebuah surat yang berisi nasehat dan peringatan kepada kerajaan ratu Balkis yang melakukan penyembahan kepada selain Allah. Sehingga akhirnya kerajaan ratu balkis bisa kembali kepada jalan yang di redhoi Allah. Dan inilah sebuah surat bukti kepedulian seoarang imam dan da’i pada awal-awal abad 19 , Kairo, Rajab 1336H.Tempat dan tanggal sebuah surat yang ditulis oleh Hasan Al- Banna.
“ Kami persembahkan surat ini kepada tuan yang mulia, dengan keinginan yang sangat untuk ikut memberi bimbingan kepada umat; Allah SWT. Telah membebankan urusan mereka ke pundak anda di zaman ini. Suatu bimbingan yang kiranya dapat mengarahkan umat di atas sebaik-baik jalan; sebuah jalan yang yang di bangun oleh sebaik-baik sistem hidup, yang bersih dari kerancuan dan jauh dari ketidak pastian. Lebih dari itu, ia adalah jalan hidup yang telah teruji oleh sejarah yang panjang.
Kami tidak mengharap apapun dari anda. Cukuplah bahwa dengannya berarti kami telah menunaikan kewajiban dan mempersembahkan kepada anda sebuah nasehat. Sungguh pahala Allahlah yang lebih baik dan lebih kekal”.
Sepenggal surat yang ditulisnya cukuplah menggambarkan akan kepedulian seorang muslim terhadap bangsa dan umat islam. Selayaknyalah bagi seorang pemimpin mampu bersikap amanah terhadap amanah yang di embankan kepadanya. Alangkah mulianya seseorang, jika ia bersikap amanah dan bertanggung jawab, dan mau memikirkan umat dan rakyatnya. Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan kesungguh-sungguhan dan kekuatan tekad. Nasehat dan kebenaran pun mereka terima dan lakukan dengan kesungguhan, yang merupakan bukti ke tawadhu’an  seorang hamba Allah. Ia menyadari dengan seenuh hati bahwa disamping mereka bekerja dalam kebaikan ada jaga orang lain yang bekerja untuk kebaikan dan kemajuan, Namun kebatilan pun dibela dengan sungguh-sungguh oleh para pendukungnya, oleh karena itulah Ali bin Abi Thalib ra menyatakan : “Al-haq yang tidak ditata dengan baik akan dikalahkan oleh Al-bathil yang tertata dengan baik”.
Adakah mereka itu sekarang? Apakah anda orangnya?
Banyak yang menjadi  sombong ketika amanah itu berada padanya, tidak kenal lagi dengan fitrah dan fungsinya lagi, bahkan parameter kebenaranpun sudah tidak sesuai lagi dengan hati nurani. Hukum seolah-olah tak berdaya menyatakan kebenaran, kebenaran pun kini menjadi milik kaum mayoritas dan sekelompok oknum yang berkepetingan. Kemudian kita lihat lagi bagaimana mereka menyelesaikan masalah antar mereka? Bakar rumah, tebang pohon bermil-mil, hancurkan hutan demi kepentingan pribadi dan keluarga, tawuran antar warga atau anggota lembaga tinggi negara, bisniskan hukum, jual bangsa kepada bangsa asing dan rentenir dunia. Berjuta pil pembunuh mengisi kekosongan hati ini. Berapa lagi bayi lahir tanpa status bapak yang syar’i? Berapa lagi rakyat yang
menjadi keledai tunggangan para politisi bandit? Berapa banyak lagi ayat-ayat dan pesan dibacakan sementara hati tetap membatu? Berapa banyak kurban berjatuhan sementara sesama saudara saling tidak peduli?  Sebagai generasi baru, apakah tradisi ini yang akan kita lanjutkan dan kita warisi? Dengan tegas mari katakan tidak. Sudah cukup kiranya bangsa ini terluka.
Mari kita lihat kembali bagai mana generasi muda islam masa lalu. Kepedulian akan masalah umat sangatlah mereka perhatiakan, jabatan hanyalah sebagai alat bagi mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mereka tahu bahwa setiap pemimpin akan diminta pertangguang jawabannya atas apa yang dia pimpin. Betapa amanahnya seorang Umar bin Katab r.a “ seandainya seekor kambing di Irak terpeleset kakinya maka aku menganggap dirikulah yang harus bertanggung jawab kepada Allah. Mengapa Aku tidak Buatkan jalan Untuknya?”
Umar bin khatab juga menggambarkan tentang betapa agungnya tanggung-jawab dengan sebuah ungkapan, “ saya sudah cukup senang jika saya dapat keluar dari dunia ini dengan impas; tidak mendapat dosa dan tidak pula di beri pahala”.
Semoga menjadi panutan bagi kita semua yang rindu akan sebuah keadailan dan kesejahteraan di bumi Allah ini. Tetap teguh dalam menegakkan sebuah kebenaran. Abu Bakar As-siddiq menggambarkan bahwa  apabila ada seribu orang yang bersungguh-sungguh memperjuangkan agama Allah atau sebuah kebenaran maka Akulah Salah-satunya, apabila ada seratus orang yang bersungguh-sungguh memperjuangkan agama Allah atau sebuah kebenaran maka Akulah Salah-satunya, apabila ada sepuluh orang yang bersungguh-sungguh memperjuangkan agama Allah atau sebuah kebenaran maka Akulah Salah-satunya, dan apabila ada seorang saja yang bersungguh-sungguh memperjuangkan agama Allah atau sebuah kebenaran maka Akulah Satu-satunya, tetaplah semangat dan luruskan niat untuk mencapai sebuah kebahagiaan yang hakiki.

   
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar